Beri Peringatan Protokol Kesehatan, Yang Didapat Omelan Emak-Emak

Artikel Beri Peringatan Protokol Kesehatan, Yang Didapat Omelan Emak-Emak di ambil dari berbagai sumber di internet , dengan tujuan untuk ikut berperan aktif berbagi informasi yang bermanfaat kepada orang banyak , Selamat membaca

Menjaga jarak atau physical distancing adalah aktivitas yang paling sulit diterapkan saat momen kampanye pilkada seperti saat ini. Jaga jarak hanya efektif pada menit-menit awal. Tim Kelompok Kerja (Pokja) Covid-19 Bawaslu Kota Surabaya bekerja keras menegakkan protokol.

UMAR WIRAHADI, Surabaya

Kampanye pilwali Surabaya di masa pandemi Covid-19 yang belum terkendali seperti saat ini seperti ajang uji nyali bagi petugas Bawaslu dan jajarannya. Sebab, mereka harus turun langsung mengawasi kegiatan kampanye pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota. Salah satunya adalah memastikan semua orang mematuhi protokol kesehatan pencegahan virus korona.

Jika tidak, Bawaslu melalui pokja Covid-19 tidak segan-segan menghentikan aktivitas kampanye paslon. Pengalaman itu pernah dialami Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) Sawahan. ’’Waktu itu, paslon lagi pidato. Ya, kami hentikan karena massa berkerumun,’’ tutur Ketua Panwascam Sawahan Hadi Prasetya kepada Jawa Pos kemarin (7/10).

Itu terjadi ketika masa awal kampanye pada 26 September lalu. Saat itu, Panwascam Sawahan menerima kabar salah seorang kandidat menggelar kampanye di rumah salah seorang tokoh di Kelurahan Dukuh Kupang, Kecamatan Sawahan.

Saat didatangi, kata Hadi, massa ternyata sedang berkerumun. Jumlahnya 40-an orang. Duduk tanpa menjaga jarak. Garasi rumah yang dijadikan tempat kampanye tersebut melebihi kapasitas. Melihat kondisi itu, Panwascam Sawahan langsung bertindak tegas. ’’Apa boleh buat, kami stop dulu pidato paslon sampai benar-benar tertib,’’ ujarnya.

Setengah isi ruangan atau 20-an orang diminta keluar. Sang pemilik rumah sampai menyiapkan tempat di halamannya. Dengan begitu, peserta di dalam ruangan bisa menjaga jarak aman minimal setengah meter. Setelah sesuai protokol kesehatan, barulah sang calon wali kota dipersilakan melanjutkan kembali pidatonya. ’’Siapa pun yang melanggar tidak peduli. Ini untuk kebaikan semua kok,’’ tutur Hadi Prasetya.

Petugas pengawas yang memantau kampanye di lapangan juga harus kuat mental menerima protes. Sebab, ada saja peserta kampanye yang tidak terima ketika petugas menegur karena tidak melakukan physical distancing. Apalagi paslon yang didukungnya sedang asyik-asyiknya pidato. ’’Kami harus siap diomeli juga. Khususnya oleh kalangan ibu-ibu,’’ tutur Hasan, anggota Panwascam Semampir.

Itu terjadi ketika kampanye paslon di Kelurahan Wonokusumo, Semampir. Saat itu, kegiatan kampanye segera dimulai. Calon wali kota sudah sampai di lokasi. Namun, acara tidak bisa segera dimulai karena penempatan kursi terlalu mepet antarpeserta.

Awalnya, panitia menempatkan empat kursi di setiap barisan. Namun, karena lebar gang kampung hanya 1,5 meter, Panwascam Semampir dan Panitia Pengawas Kelurahan (Panwaskel) Wonokusumo meminta panitia untuk mengatur ulang kursi. Satu deret hanya boleh berjejer dua kursi untuk menjaga jarak aman. Deretan kursi peserta kampanye pun dibikin memanjang ke belakang mengikuti gang kampung.

Keruan saja, kondisi itu membuat petugas jadi sasaran kejengkelan. Khususnya dari kalangan emak-emak. ’’Kami diomeli karena acara kan mau mulai, tapi jadi molor,’’ tutur Hasan, lalu tertawa.

Koordinator Pokja Covid-19 Pilwali Surabaya 2020 Usman mengakui bahwa menjaga jarak adalah aktivitas paling sulit selama masa kampanye di masa pandemi. Dia menerima banyak laporan soal itu setiap kali paslon mengadakan kampanye. ’’Menit-menit awal mungkin bisa, tapi setelah itu berkerumun lagi,’’ ujarnya. ’’Dalam waktu dekat, kami mau bikin gerakan jaga jarak. Ini harus diikuti oleh paslon untuk disampaikan ke pendukungnya,’’ imbuh Usman.

Di sisi lain, dia mengungkapkan bahwa kampanye dengan cara blusukan dari kampung ke kampung memang paling banyak dilakukan oleh kandidat. Padahal, cara kampanye tatap muka seperti itu cukup riskan karena selalu rentan mengumpulkan warga dalam jumlah banyak. Apalagi Surabaya rata-rata memiliki perkampungan padat penduduk.

Di luar sulitnya menjaga jaga jarak, pokja Covid-19 menilai paslon dan tim suksesnya cukup disiplin dalam urusan yang lain. Misalnya, memakai masker, menyiapkan tempat cuci tangan plus sabun, hand sanitizer, hingga menyiapkan alat pengukur suhu tubuh di lokasi kampanye. 

Saksikan video menarik berikut ini:

Terimakasih sudah membaca artikel Beri Peringatan Protokol Kesehatan, Yang Didapat Omelan Emak-Emak Sampai selesai , mudah-mudahan bisa memberi manfaat kepada anda , jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman anda semua , sekian terima kasih.