Pengembalian Pesawat ke Lessor Bagian dari Hasil Negosiasi
JawaPos.com – Yenny Wahid resmi menyerahkan surat pengunduran diri sebagai komisaris independen Garuda Indonesia kepada Kementerian BUMN. Dia mengaku, keputusan berat tersebut dia ambil sebagai upaya kecil untuk membantu maskapai pelat merah itu melakukan efisiensi.
”Semoga ini ada manfaatnya agar lebih efisien,” ucap Yenny melalui video di akun Twitter pribadinya.
“Sehingga Garuda ke depannya bisa terus diselamatkan dan bisa mengudara dengan perkasa,” lanjutnya kemarin (13/8).
Pada unggahan di Instagram tujuh hari lalu, Peter Gontha juga menyatakan sudah mengajukan mundur dari kursi komisaris Garuda sejak Januari lalu. Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) kemarin (13/8), perubahan pengurus perseroan itu pun jadi salah satu agenda pembahasan.
Dalam pernyataan resminya, Direktur Utama Irfan Setiaputra mengatakan, RUPST memberhentikan dengan hormat Triawan Munaf dari jabatan komisaris utama, Peter F. Gontha selaku komisaris, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang lebih dikenal dengan nama Yenny Wahid dan Elisa Lumbantoruan dari kursi komisaris independen. Juga di jajaran direksi: Dony Oskaria yang sebelumnya menjabat wakil direktur utama dan M. Rizal Pahlevi dari jabatan direktur niaga dan kargo.
Irfan mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas kontribusi yang diberikan para pengurus perseroan yang telah menyelesaikan tugasnya. Keputusan tersebut tentu tidak mudah.
Namun, itu merupakan bagian yang tak terhindarkan. Mengingat dari waktu ke waktu Garuda Indonesia telah melakukan upaya pengurangan jumlah karyawan buntut dari turbulensi akibat pandemi Covid-19.
”Kehilangan dua orang direksi merupakan sebuah pukulan yang berat. Ini tentu saja menciptakan komplikasi, tapi kita siap jalani ini,” ungkapnya.
Langkah restrukturisasi harus ditempuh untuk mempersiapkan Garuda menjadi sebuah perusahaan dengan tata kelola yang agile, fokus, dan adaptif. Khususnya untuk menghadapi tantangan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.
Dengan restrukturisasi itu, jajaran komisaris Garuda Indonesia hanya menyisakan tiga orang: Timur Sukirno sebagai komisaris utama merangkap komisaris independen, Chairul Tanjung sebagai komisaris, dan Komisaris Independen Abdul Rachman. Dengan jajaran pengurus Garuda Indonesia yang baru, kata Irfan, direksi diharapkan fokus pada restrukturisasi. Bukan cuma finansial, melainkan juga organisasi dan sumber daya manusia.
Dari sisi bisnis, penerbangan akan berfokus ke kargo. Mantan CEO PT Cipta Kridatama itu menyebut, penerbangan internasional rata-rata mengangkut lebih dari 25 ton kargo setiap kali terbang. Dia juga memastikan rute yang diterbangkan itu adalah yang profitable. ”Sementara kita belum bisa mengharapkan keterisian penumpang yang maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, Irfan menyatakan bahwa upaya restrukturisasi utang masih berproses bersama para advisor untuk memutuskan rencana bisnis ke depan. Nanti rencana bisnis tersebut digunakan sebagai justifikasi untuk pengajuan proposal kepada para kreditur, lessor, maupun Angkasa Pura I dan II.
Ada lima advisor yang digandeng Garuda Indonesia. Mereka adalah PT Mandiri Sekuritas sebagai lead advisor, McKinsey & Company untuk business advisor, dan Guggenheim Partners menjadi financial advisor. Adapun untuk legal advisor, perseroan menunjuk Cleary Gottlieb dan Assegaf Hamzah & Partners.
Semula, Irfan berharap proposal tersebut segara rampung. Namun, ternyata banyak komplikasi dalam penyusunan proposal. Termasuk diskusi dengan para pemegang saham.
”Sudah ada draf. Tapi karena sifatnya internal, jadi masih kita utak-atik lagi. Belum selesai,” bebernya.
Menanggapi pengembalian sejumlah pesawat kepada lessor, dia menjelaskan, itu merupakan bagian dari hasil negosiasi. Selanjutnya, manajemen Garuda Indonesia terus memantau sejumlah lessor yang meminta pengembalian pesawat atau tidak.
Terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir memastikan transformasi dan efisiensi di Garuda Indonesia terus dilakukan dengan tepat dan cepat. Dia meminta manajemen Garuda Indonesia berfokus pada dua hal utama. Yakni, perubahan model bisnis dengan berfokus pada layanan penerbangan domestik. Selain itu, negosiasi dengan lessor.
”Baik lessor yang memang memiliki hubungan business-to-business baik namun kontraknya perlu dinegosiasi ulang, juga lessor yang tersangkut kasus yang saat ini sudah masuk dalam proses hukum,” kata Erick.
Menurut dia, saat ini merupakan momen bagi Garuda Indonesia untuk bersih-bersih dari permasalahan keuangan dan kinerja operasional. Juga, menata kembali fundamental bisnisnya. ’’Setiap prosesnya akan saya kawal penuh,” tegasnya.
Di sisi lain, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra P.G. Talattov menilai, pengunduran diri komisaris dan pemangkasan jumlah direksi sangat wajar dan memang semestinya dilakukan oleh Garuda Indonesia. Keputusan itu menjadi sinyal bahwa perusahaan penerbangan pelat merah tersebut sudah menunjukkan sense of crisis. ’’Tentu nasib Garuda masih jauh dari kepastian. Sekarang ini yang paling penting buat Garuda bagaimana bisa survive, masih bisa tetap hidup,” terang Abra kepada Jawa Pos tadi malam.
Abra juga menilai perlunya audit terkait leasing pesawat Garuda Indonesia. Menilik rasio sewa pesawat terhadap pendapatan perusahaan mencapai 24,7 persen. Angka tersebut terbesar di seluruh maskapai di dunia.
”Ini perlu transparansi dari manajemen terhadap publik. Sejauh mana jumlah pesawat yang sudah dikembalikan sepanjang satu semester ini?” imbuhnya.
Sementara itu, Yenny mengungkapkan, pada awalnya dirinya agak setengah segan untuk masuk ke Garuda Indonesia. Namun, begitu bergabung, putri kedua mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu malah jatuh cinta. ’’Meski masalahnya seabrek,” katanya.
Posting Komentar