JawaPos.com – Survei yang dilakukan oleh JobStreet pada Oktober 2020 lalu di Indonesia, menyebut kualitas kehidupan para pekerja menurun drastis selama masa pandemik. Diketahui, bahwa sebanyak 86 persen pekerja di seluruh belahan dunia mengalami imbas dari pandemi Covid-19.
Survei tersebut mengungkapkan, sebanyak 33 persen pekerja merasa tidak bahagia dengan situasi pekerjaannya meski masih mempunyai pekerjaan. Namun, perusahaan Johnson & Johnson Indonesia memiliki kebijakan tersendiri yang memengaruhi keberlangsungan para karyawannya.
Country Leader of Communications & Public Affairs, Johnson & Johnson Indonesia Devy Andrie Yheanne membeberkan terkait bagaimana perusahaannya dalam mempertahankan produktivitas karyawannya. Pertama, perusahaannya memprioritaskan keselamatan dan kesehatan para karyawannya dengan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah (Work from Home/WFH).
“Berdasarkan data-data internal dan eksternal, banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan hingga perusahaan bisa membiarkan karyawan bekerja di pabrik. Perusahaan hanya diperbolehkan bekerja di satu pabrik dengan jumlah maksimal 15 persen,” ujarnya secara virtual, dikutip Kamis (28/10).
Meskipun demikian, Devy juga mengaku jika sistem kerja WFH menjadi salah satu faktor yang tidak mampu memuaskan karyawannya dalam bekerja. Sehingga, perusahaan perlu beradaptasi dengan segala bentuk penyesuaian yang baru.
Kedua, perusahaannya mampu menyediakan home office dan peralatan kesehatan. Hal tersebut dilakukan agar kinerja para karyawannya dapat bekerja secara maksimal.
“Bahkan, ditawarkan pula perlengkapan agar dapat berolah raga dari rumah hingga hotline untuk berkonsultasi dengan psikolog,” ungkapnya.
Ketiga, perusahaannya menyiapkan beragam fasilitas dan layanan terkait kesehatan mental. Sebab, kebijakan berkegiatan dirumah saja menjadi salah satu pemicu stres bagi setiap orang.
“Kita punya beragam fasilitas dan layanan terkait kesehatan mental. Itu semua sudah diberikan, intinya kita tidak secara langsung menyuapi karyawan saya, tapi mengintegrasikan people leader. Setiap manajer di Johnson & Johnson diwajibkan untuk bisa terbuka dan peka terhadap masalah yang tengah dihadapi karyawannya,” ungkapnya.
Keempat, perusahaannya dapat mengatur ulang jam kerja karyawan yang lebih fleksibel. Selama karyawan bekerja dari rumah ataupun dikantor, perusahaan memberikan apresiasi kepada karyawan agar mereka menyadari bahwa pekerjaannya dihargai.
Terakhir, perusahaannya memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang tanpa memandang gender dan usia. Ia menyebut kesetaraan gender diutamakan dengan melihat kemampuan karyawan terkait promosi.
Hal ini tecermin dari banyaknya karyawan perempuan di perusahaannya yaitu sebesar 48 persen. “Kami lebih melihat kemampuan, bukan gender. Jadi jangan menyangka bila di kami, masih muda, usia 20-an, kalau punya kapabilitas yang mumpuni, bisa saja disejajarkan dengan karyawan yang dewasa kalau ada kesempatan,” pungkasnya.
Posting Komentar