JawaPos.com- SMAN 1 (Smansa) Gresik terus konsisten menggelorakan semangat berliterasi pada anak-anak didiknya. Selain memang dikenal sebagai sekolah unggul, Smansa Gresik juga sejak 2016 menggelar pelatihan dan pengembangan kompetensi kepenulisan untuk siswa baru. Lalu, menerbitkannya menjadi buku bersama.
Karena itu, wajar kalau kemudian sekolah di Jalan Arif Rahman Hakim itu telah ditetapkan sebagai salah satu sekolah penggerak di Jawa Timur. Sekolah yang mendorong anak didiknya dengan beragam program partisipatif, unik, dan banyak inovatif. Termasuk dalam budaya literasi.
‘’Program literasi ini telah menjadi budaya positif di sekolah. Program ini selaras dengan SMAN 1 Gresik yang ditunjuk sebagai penyelenggara program sekolah penggerak,’’ kata Darwati, wakil kepala SMAN 1 Gresik, saat membuka program Semarak Si Pena, Kamis (22/9).
Seperti pernah disampaikan Mendikbudristek Nadiem Makarim, dalam sekolah penggerak guru memberikan pelajaran tidak hanya satu arah. Namun, dengan berbagai macam aktivitas yang menyenangkan, yang memuat kompetensi-kompetensi bernalar kritis, kolaboratif, dan kreatif. Tiga hal yang dapat dilihat di sekolah penggerak baik guru maupun siswa adalah banyak tanya, banyak coba, dan banyak karya.
Dalam program Semarak di Pena tahun ini, Smansa Gresik menghadirkan tiga narasumber yang memiliki kompetensi. Yakni, Priyandono (penulis buku dan tenaga kependidikan yang meraih penghargaan dari Gubernur Khofifah Indar Paranwansa pada Hari Guru Nasional 2022), Sujai (penulis profesional), dan M. Sholahuddin (wartawan Jawa Pos).
Selama pelatihan yang bertempat di aula sekolah, ratusan pelajar Smansa Gresik itu juga antusias mengikuti. Mereka juga aktif bertanya dan semangat untuk belajar sangat tinggi. ’’Awalnya, kami membayangkan menulis artikel, cerpen atau puisi itu sulit, tapi setelah mendapat tips dan penjelasan tadi, rasanya menjadi terbuka dan ingin mencoba dan menghasilkan karya-karya,’’ ujar Gita, salah seorang peserta.
Sri Wulandari, kepala Perpustakaan Smansa Gresik, mengungkapkan, pihaknya bersyukur hingga kini bisa konsisten untuk mengampanyekan budaya literasi di sekolahnya. Sasaran Semerak Si Pena adalah pelajar kelas X atau anak-anak yang baru lulus dari SMP.
‘’Setiap tahun, sekolah mendatangkan narasumber untuk memberikan pelatihan, mendidik sampai anak-anak bisa. Baik itu berupa artikel, cerita pendek (cerpen) maupun puisi atau sajak,’’ ungkapnya.
Nah, hasil karya kepenulisan anak-anak itu kemudian dicetak menjadi buku yang menarik.’’Untuk ini, kami menggandeng penerbit. Buku-buku itu lantas menjadi bagian koleksi di perpustakaan sekolah,’’ tambah Wulan, panggilan akrab Sri Wulandari.
Bukan tanpa alasan Smansa Gresik terus berupaya konsisten menggerakkan budaya literasi. Ada banyak manfaat yang didapat anak didik. Di antaranya, memperkaya pengetahuan, melatih kemampuan bernalar, mengasah kreatifitas hingga tertuntut untuk rajin membaca.
‘’Kalau tidak kita gerakkan seperti ini, maka khawatirnya anak-anak makin larut dengan gadget. Seperti dijelaskan para narasumber, salah satu kuncinya ya mau membaca, membaca, dan membaca,’’ ujarnya.
Priyandono, salah seorang narasumber, program literasi yang dikemas dalam Semarak Si Pena itu secara tidak langsung mengasah potensi skolastik anak didik. Yakni, kemampuan kognitif yang mencakup penalaran umum dan kemampuan pemahaman. Para pelajar tidak hanya menghafal, tetapi mampu memahami.
‘’Nah, ini juga sejalan dengan Kemendikbudristek yang menghapus TPA (tes potensi akademi) dan hanya tes potensi skolastik saat masuk PTN nanti,’’ ungkapnya.
Posting Komentar