Zainul Muttaqin, Guru Tunanetra SLB YPAB Raih Beasiswa Ford Foundation

Artikel Zainul Muttaqin, Guru Tunanetra SLB YPAB Raih Beasiswa Ford Foundation di ambil dari berbagai sumber di internet , dengan tujuan untuk ikut berperan aktif berbagi informasi yang bermanfaat kepada orang banyak , Selamat membaca

Zainul berupaya keras mewujudkan mimpinya sukses di dunia pendidikan. Kerja kerasnya belajar memberinya kesempatan menuntut ilmu di Inggris.

DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya

SAAT ditanya, apakah sejak kecil Zainul bercita-cita menjadi guru? Dia menggeleng, lalu tertawa. Pria kelahiran Ponorogo itu mengatakan bahwa dirinya tak punya harapan kelak menjadi apa. Termasuk bermimpi menjadi seorang guru. Pendidikan sarjana strata satunya mengambil program pendidikan agama Islam di Universitas Islam Negeri Jogjakarta.

Indra penglihatan anak keempat di antara lima bersaudara itu dinyatakan buta ketika usianya baru 6 tahun. Penyebabnya, saat itu petasan bambu yang dimainkannya meledak. Wajahnya penuh luka bakar. Tidak terkecuali kedua matanya. ”Saya melarang anak-anak bermain petasan sekarang,” kata Zainul saat ditemui di SLB Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Tegalsari kemarin (20/12).

Selesai kuliah, Zainul mencoba peruntungan hidup di ibu kota, DKI Jakarta. Selama empat tahun (1998 hingga 2002), dia bekerja di perusahaan ekspedisi. Ternyata, dia tidak hanya mendapatkan pemasukan untuk kebutuhan hidupnya, tapi juga pulang ke kampung halamannya dengan membawa belahan jiwanya (istri). Kini, dia dan istrinya dikaruniai dua anak. Istri dan kedua anaknya tidak tunanetra.

Pria 50 tahun itu mengajar pendidikan agama Islam di SLB YPAB sejak 2002. Selama menjadi guru, dia mengantongi dua gelar master sekaligus.

Pertama, dia meraih gelar master di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang fokus pada pendidikan luar biasa. Kedua, pada 2011 dia dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa dari The Ford Foundation. Organisasi nirlaba yang berpusat di New York, Amerika Serikat, itu memberangkatkan 32 orang dari Indonesia untuk studi di luar negeri.

Peserta beasiswa bisa memilih studi di tiga negara. Yakni, Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda. Zainul memilih belajar master pendidikan di London Metropolitan University (LMU). Dia belajar di sana selama setahun. Sebelumnya, dia mengikuti persiapan, yakni belajar bahasa terlebih dahulu lebih kurang empat bulan.

Zainul menyampaikan bahwa dirinya sempat kesulitan untuk belajar bahasa Inggris. Tidak banyak lembaga kursus bahasa yang bisa menerima warga difabel. ”Ada belajar privat, tapi mahal. Jadi, saya belajar dengan mendengarkan lagu atau siaran radio, terus dicatat. Syukurnya, bisa sampai 500 skornya,” ungkapnya.

Ada satu alasan Zainul mau terjun di dunia pendidikan. Menurut dia, guru punya peran strategis dalam mencetak generasi bangsa di masa depan.

Per kelas, dia mengajar empat hingga lima murid. Posisi kursi dan mejanya tidak seperti kelas-kelas di sekolah konvensional. Sesama murid saling merapat.

Selain mengajar pendidikan agama Islam di sekolah, dia aktif berorganisasi ketunanetraan. Tidak sekadar bergabung, ada visi yang ingin dicapainya. Dia ingin melahirkan penghafal Alquran dari penyandang tunanetra. Di Indonesia, ada sekitar 4 juta orang tunanetra. ”Namun, baru 5 persen dari 4 juta orang itu yang penghafal Alquran,” jelasnya.

Banyak manis dan pahit kehidupan yang berjalan beriringan di sampingnya. Ada momen yang paling membuat hatinya bahagia. Yakni, ketika kali pertama mendengar suara anak pertamanya lahir, lalu menangis. Bibirnya bergetar saat melantunkan azan untuk buah hatinya itu. Anak pertamanya lahir di Ponorogo. Istri Zainul mengandung anak pertamanya tersebut di London, tapi melahirkan di Indonesia.

Terimakasih sudah membaca artikel Zainul Muttaqin, Guru Tunanetra SLB YPAB Raih Beasiswa Ford Foundation Sampai selesai , mudah-mudahan bisa memberi manfaat kepada anda , jangan lupa bagikan artikel ini kepada teman anda semua , sekian terima kasih.