Limon Anggriani memutuskan untuk menjadi relawan komunitas Waspada Scammer Cinta (WSC) setelah nyaris menjadi korban romance scam. Sudah tiga tahun ini dia aktif mendampingi korban-korban penipu asmara.
LUGAS WICAKSONO, Surabaya
TIDAK lama setelah punya akun Instagram baru, Limon di-follow tiga akun dengan foto profil bule. Ketiga akun mengirim direct message untuk mengajak kenalan Limon. Perempuan 56 tahun yang tinggal di kawasan Surabaya Timur itu awalnya mengira akun tersebut milik teman-teman anaknya.
’’Tapi, akun itu DM (direct message) dengan kata-kata tidak pantas. Saya tanyakan ke anak saya. Dia minta saya hati-hati karena akun itu scammer,’’ kata Limon kepada Jawa Pos Senin (13/2).
Limon yang penasaran dengan pola kerja pelaku romance scam kemudian melayani chatting tiga akun itu. Dari percakapan digital tersebut, dia akhirnya tahu modus pelaku untuk menjerat korbannya.
’’Semua percakapan menjurus ke situ (penipuan asmara). Mereka mengaku punya profesi mentereng dan komunikasinya cukup intens pakai bahasa Inggris. Ketiga-tiganya polanya sama. Pakai foto bule yang good looking,’’ tuturnya.
Ibu rumah tangga itu lantas menelusuri sendiri kejahatan romance scam dan akhirnya mengetahui bahwa pelaku scam yang menargetnya adalah sindikat dari Nigeria.
Mereka awalnya menawarkan pertemanan hingga korbannya merasa dekat dan nyaman. Dari penelusurannya melalui Google, dia juga menemukan komunitas WSC yang dikelola Bunda Fey alias Fey Down.
’’Saya diajak gabung menjadi relawan dan resmi bergabung sejak 2020,’’ ucapnya.
Selama menjadi relawan, Limon aktif mendampingi korban romance scam melalui dunia maya. Dia juga kerap menyosialisasikan modus kejahatan itu kepada orang-orang terdekatnya agar tidak menjadi korban.
Menurut dia, korban kejahatan penipu asmara tidak hanya mereka yang dirugikan secara materi. Mereka yang data-data pribadi serta foto vulgarnya sudah dikantongi pelaku juga bisa disebut korban.
’’Mereka butuh support secara emosional karena setelah mereka sadar menjadi korban, emosinya naik turun,’’ katanya.
Korban penipu asmara di Surabaya, menurut dia, didominasi perempuan setengah baya yang kesepian. Target pelaku biasanya perempuan yang tidak kunjung menikah, rumah tangganya bermasalah, dan sudah tidak lagi memiliki suami. Sebagian korban itu enggan membuka diri dan melaporkan kejahatan yang menimpanya ke polisi.
’’Mereka malu dan takut diketahui keluarga dan orang-orang terdekat. Pelaku juga mengancam akan menyebarkan data pribadi dan foto vulgar,’’ ungkapnya.
Limon mengungkapkan bahwa hanya ada sekitar 10 korban di Surabaya yang berani membuka diri kepada relawan WSC. Padahal, dia meyakini korban romance scam lebih banyak lagi. Limon mengimbau agar para wanita tidak mudah percaya kepada orang asing yang dikenalnya melalui media sosial dan aplikasi biro jodoh.
Posting Komentar